Feeling bored, jadi kita nulis ngalor-ngidul aja deh...
Punya nama keren (Ge-eR dikit boleh dong) seperti Reza memang ada nggak enaknya. Banyak yang punya nama sama. Dulu waktu SMP pernah punya teman sekelas yang namanya Reza juga. Jadi kalau mau manggil harus dibedakan: Reza Lesmana (that's me) atau Reza Doang (karena setahu kita waktu itu namanya cuma terdiri dari satu kata).
Waktu SMA, kejadian lagi. Kali ini sekelas sama Reza Gunawan (yang sekarang married sama salah satu personil RSD). Berhubung Reza yang satu ini badannya bongsor, dia dipanggilnya Reza Gede, sedangkan saya kebagian panggilan Reza Kecil (hiks...).
Waktu kuliah untungnya gak ada teman seangkatan yang namanya Reza juga. Tapi sepertinya di tiap angkatan lain setidaknya ada satu Reza.
Well, no problem. Setidaknya saya masih punya jati diri yang unik dengan nama lengkap Reza Lesmana. (Do I, really??). Circa 2001, keunikan jati diri saya mulai teruji. Setelah saya masukkan nama lengkap saya ke Google, ternyata muncul orang lain dengan nama sama persis. Orang ini ternyata berumuran kira2 sama, dan waktu itu sedang kuliah di Wisconsin, sedangkan saya waktu itu di Illinois, nggak jauh2 amat. What a coincident.
Sejak itu perlahan tapi pasti mulai bermunculan Reza Lesmana2 yang lain. Sepertinya mereka mulai pada melek Internet, sehingga akhirnya profil atau situs web mereka muncul di Google. Ada Reza Lesmana yang tinggal di Jawa Timur, ada yang kuliah di fasilkom UI. Bahkan ada yang masih anak2.
Berkembangnya Social Networking sites seperti Friendster dan Facebook, makin membuat dunia ini penuh dengan Reza Lesmana. Dari Facebook saja, kalau saya lakukan pencarian akan muncul lebih dari 50 orang. Sekitar 40 namanya persis Reza Lesmana, sebagian lainnya Blabla Reza Lesmana atau Reza Blabla Lesmana (sorry no offense buat yang punya nama). Kalau orang cari Reza Lesmana di Facebook, pasti banyak yang bingung, "lho ini yang temen gw yang mana ya".
Hmm... mungkin ini jadi penjelasan kenapa kadang-kadang ada orang tak dikenal yang minta ditambahin jadi temen.
Satu hal yang paling menjengkelkan dengan banyaknya RL (mulai sekarang disingkat aja) ini, adalah alamat2 email gratisan yang bagus langsung habis, seperti reza.lesmana dot yahoo.com, reza.lesmana dot gmail.com atau reza_lesmana dot yahoo.com. Yang tersisa hanya email second-rate kombinasi angka & huruf yang awalnya kelihatan keren, tapi lama2 membosankan seperti r3z4_l3sm4n4 atau rezalesmana718. Saya sendiri hanya kebagian email lesmana_reza dot yahoo.com (terpaksa membalik nama sendiri). Akhirnya sekarang saya settle reza.lesmana dot ymail.com (domain email yang relatif baru dari yahoo).
Anyway, dengan jumlah orang lebih dari 50, mungkin kita sudah cukup banyak untuk bikin suatu klub. Untuk membedakan dalam klub, kita gunakan nomor urut. Contoh, kalau saya anggota pertama, saya kana dipanggil Nomer Satu (atau Number One, biar keren). Kira2 obrolan di dalam klub itu semacam inilah:
#2: Halo, Number One, akhirnya nongol juga.
#1: Iya nih. Sorry telat. Halo Number Two, Number Seven, Number Twelve. Kok cuma dikit yang dateng, pada ke mana aja?
#7: Number Six sama Number Nine, agak telat katanya. Yang lain gak tahu.
#12: Number One, gw bawa anggota baru nih, sekarang dia jadi number thirteen.
#13: Lho, jangan Number Thirteen dong, masa angka sial.
#1: Iya deh, kalo gitu kamu jadi Number Fourteen
#14: sip kalo gitu.
#7: wah boleh milih nomor sendiri tho? Kalau gitu Gw ganti jadi Zero-Zero-Seven dong.
.... dst dsb etc
Gimana, kira2 ini bisa menyelesaikan masalah krisis identitas diatas nggak ya?